5 Tips Mengatasi Perilaku Remaja Agar Tidak Konsumtif
cnnindonesia.com |
“Paket!”
seru pengantar paket suatu sore.
Si
bungsu El paling semangat untuk mengambil paket dari mas pengantar. Padahal itu
paket biasanya bukan milik dia.
Si
Mbak nomor dua pasti akan membaca paket tersebut ditujukan kepada siapa.
“Kakak
belanja mulu ya, Ma,” ucap Mbak Hawa.
Kebetulan
si kakak masih belum pulang sekolah. Saya juga mikir, iya ya, kok si kakak
belanja online lagi. Kemarin baru saja dia dapat kiriman paket, sekarang kok
dapat lagi. Duh, sulungku sepertinya berubah jadi konsumtif nih! Saya nggak
boleh tinggal diam, khawatir perilaku ini akan terbawa hingga dewasa.
Ada yang pernah ngalami?
Di era yang serba digital sekarang ini,
konsumen dimanjakan dengan berbagai kemudahan dalam berbelanja. Barang yang
diinginkan akan ada dalam satu genggaman, tanpa perlu mendatangi toko untuk
mendapatkannya.
Ya, betul banget, akses belanja secara
online bagi remaja sekarang ini makin dipermudah. Mau beli apa yang diinginkan
tinggal belanja lewat gadget mereka.
Apalagi jika para remaja dibekali uang saku yang berlebih, remaja pun bisa
menjadi lebih boros.
Sebetulnya saya pribadi tidak pernah
memberikan uang saku berlebih. Namun, pas saya tanya dia menjawab kalau di sekolah
si kk nggak jajan. Uang sakunya utuh, hanya berkurang buat dimasukkan dalam
kropyak setiap harinya. Sisanya dia kumpulkan. Benar sih, dia nggak jajan,
karena setiap hari dia rajin membawa bekal ke sekolah. Tapi ... kalau uang
sakunya dia belikan sesuatu barang yang menurut saya kurang dibutuhkan, ini
sudah mendekati perilaku konsumtif.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar
perilaku ini tidak menjadi sebuah kebiasaan?
1. Saya
Akan Mengajak Kakak Ngobrol Santai Menanyakan Manfaat Barang yang Dibeli
Ini adalah langkah pertama yang saya
ambil. Mengajaknya ngobrol santai sambil bercanda, agar si kakak nyaman untuk
menjawabnya. Kalau saya sudah pasang tampang syerem, dijamin deh kakak bakal
nggak mau jawab. Alih-alih cerita, yang ada dia malah kabur.
Akan saya tanya manfaat apa yang didapat
dari barang yang telah dibelinya. Apakah barang tersebut begitu dibutuhkan atau
hanya sekadar mengikuti trend seperti teman-temannya yang sudah membelinya di
awal. Jika kakak hanya mengikuti trend seperti teman-temannya, maka saya akan
memberinya saran untuk tidak memebelinya lagi.
2. Mengajarkan
Menentukan Skala Prioritas
Usia kakak bukan lagi anak SD, dia sudah
SMA kelas XI dan sudah bisa saya ajak untuk bicara secara realistis. Saya akan
mengajaknya membuat skala prioritas tentang barang yang benar-benar dibutuhkan.
Belajar membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Jika keinginan dan kebutuhan bertabrakan,
maka saya akan minta dia untuk menentukan skala prioritas, mana barang yang
memang dibuthkan mendesak saat ini. Jika tidak dibeli apakah ada efeknya. Di sini
kakak akan berpikir dan belajar menentukan barang yang betul-betul dibutuhkan,
bukan diinginkan.
3. Menjelaskan
Kepada Kakak Sumber Keuangan Keluarga
Saya selalu terbuka kepada kakak masalah
satu ini, bahwa sumber keuangan berasal dari mana. Memang saya juga bekerja
membantu Ayah, tapi kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi oleh Ayah dan Ibunya
itu ada banyak. Saya akan mengatakan juga berapa besar pemasukan dan
pengeluaran setiap bulannya. Tidak perlu menjelaskan seara detail apa saja
kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi, cukup si kakak paham tentang kebutuhan
pokok keluarganya yang harus dipenuhi.
4. Menjelaskan
Bahwa untuk Mendapatkan Uang Perlu Usaha
Alhamdulillah, untuk satu ini si kakak
paham banget. Bahkan ketika saya pernah menghukumnya dengan menyetop uang jajannya
selama satu minggu karena sebuah kesalahan yang pernah dibuatnya, kakak
berinisiatif membuat kerajinan dan menjualnya kepada teman-temannya agar dia
tetap bisa jajan. Ketika libur panjang pun dia juga mau membantu ayahnya
bekerja agar mendapatkan uang lebih.
Ada perlunya nih, jika kita mengajak
remaja untuk bekerja atau berusaha dulu untuk mendapatkan uang. Agar anak
mengerti bahwa untuk memndapatkan uang perlu bekerja, bukan hanya minta kepada
orangtuanya. Bisa meminta anak mengerjakan pekerjaan di luar tugas wajibnya
membantu kita di rumah.
5. Menjelaskan
Pentingnya Menabung
Menabung sudah terbukti memiliki banyak
manfaat. Uang hasil menabung bisa digunakan untuk hal yang menyenangkan,
misalnya membeli novel kesukaan dia, atau membeli gadget yang dia inginkan.
Ketika anak ingin membeli sesuatu yang
diinginkan dan uangnya belum cukup, katakan padanya agar menabung terlebih
dahulu. Tentunya menyisihkan dari uang sakunya sendiri ya, bukan minta uang
lebih untuk ditabung.
Menghadapi anak usia remaja memang
gampang-gampang susah. Mereka nggak mau lagi dianggap sebagai anak-anak, mereka
menganggap dirinya sudah dewasa padahal pemikirannya belum matang. Untuk itulah
sebagai orangtua kita perlu berbicara secara dewasa kepada mereka tanpa
marah-marah atau membentak.
Demikian tips untuk mengatasi perilaku
remaja yang konsumtif. Bagaimana dengan pengalaman orangtua lainnya yang memiliki anak remaja?
Tulisan ini diikutsertakan dalam
program ODOP bersama Estrilook Community
#ODOP
#EstrilookCommunity
#Day8
Tags:
Parenting
20 komentar
Sampai sekarang ketagihan belanja online duh
ReplyDeleteAa ketagihan?
DeleteAlhamdulillah si kakak sulung enggak terlalu konsumtif mb, mungkin karena sejak kecil saya biasakan hidup hemat dan seadanya, ya.
ReplyDeleteAlhamdulillah mbak...seneng kalau begitu
DeleteBetul mendapatkan uang itu perlu usaha, hihi. Kakak saya sangat konsumtif namun semenjak menikah dia lebih suka nabung, mungkin sadar bahwa kita perlu menahan hawa nafsu, makasih sharingnya bun.
ReplyDeleteAlhamdulillah...
DeleteHarus dibiasakan agar jika ingin sesuatu harus dengan usaha sendiri. Misalnya dengan cara menabung dulu.
ReplyDeleteMasalah serupa sedang terjadi pada ponakan-ponakanku, Mbak. Emang mereka udah SMA dan kuliah. Udah kenal skincare Korea dan sebagainya. Otomatis godaan itu memang sangat besar. Kebiasaan kayak gini memang harus segera dicarikan solusinya, karena kalau enggak ya kurang baik untuk ke depannya. Bukan apa-apa, agar anak mengerti realita hidup juga ya, Mbak.
ReplyDeleteBelanja sesuai kebutuhan mengajarkan kita ga lapar mata untuk membeli semua yang terlihat bagus untuk dibeli
ReplyDeleteWah mba Lisa ternyata sulungnya sudah remaja 😊. Musti belajar banyak ini dari mba Lisa. Tapi anak lelaki aku juga jajan mainan melulu. Thanks tipsnya. Beberapa sudah mulai bisa dilaksanakan 😉
ReplyDeleteHihihi...iya mbak, sulungku dah gede. Sama sama mbak
Deletekalau belanja online anak-anakku nggak, karena belum pada ngerti. Tapi kadang jajan mainan yang kurang dibutuhkan menurut saya
ReplyDeleteShopping itu memang salah satu surga dunia ya mbaaak. Hahaha. Tp mmg perlu diwaspadai nih kalo remaja udah suka belanja. Bener mbak bilang, ntar dia bisa jadi konsumtif. Aku juga menerapkan hal yg sm kpd Aira. Trus aku juga sering ajak dia mengunjungi panti asuhan utk mengasah rasa simpati dan empatinya.
ReplyDeleteSepertinya kita perlu pengendalian diri agar kita tidak tergoda prilaku konsumtif. :)
ReplyDeleteanak remaja memag harus diajak bicara dari hati ke hati. biar pas. aku juga pernah mengalami. Apalagi sekarang, kecuali beli buku, yang lain stop dulu.
ReplyDeleteBetul mb mumpung belum terlanjur konsumtif, kudu dibicarakan baik-baik. Setuju deh tips untuk agar anak kita paham dan menjadi lebih ngerti. Thx infonya ys mb Lisa...
ReplyDeleteUmur berapa ananda mba? Kok sudah pinter belanja onlen sendiri? Hehehe.. semoga ke depan ajaran mamanya bisa nancep ya...
ReplyDeleteBetul Mba literasi finansial sedari kecil itu perlu ya. Makasih sharingnya Mba
ReplyDeleteTipsnya mantep ini mbak. Anak saya jelang 12 tahun dan suka nanya2 online shop juga :) blm sampai belanja sendiri sih. Jadi ngajarin nabung dan skala prioritas udah saya mulai juga
ReplyDeleteBelanja online memang semudah itu jadi anak & remaja harus dpt wejangan kusus hehee
ReplyDelete