Janji Nuli
kompasiana.com |
Nuli, seekor semut hitam
tak berani mengangkat wajahnya, ketika ayah dan ibu menegur perbuatannya. Nuli
telah melakukan kesalahan. Dia telah masuk ke dalam kamar Bobi. Selama ini
kawanan semut hitam telah lama menempati ruangan di bawah lantai kamar Bobi. Pada
saat kawanan semut bekerja mencari makanan, mereka akan meninggalkan rumahnya
dan keluar dari ruangan Bobi. Nuli yang belum cukup usia, hanya bisa menunggu
ayah dan ibunya. Awalnya menyenangkan, bisa bermain di sekitar rumahnya.
Lama-lama dia bosan juga. Nuli keluar dari sarangnya dan melihat-lihat apa saja
yang ada di luar rumahnya.
Namun, Nuli ketahuan
juga oleh ayah dan ibu. Hari kedua setelah Nuli puas mengambil remahan kue, dia
ditegur. Ayah pulang lebih awal dan melihat Nuli asyik menikmati kue di lantai
kamar Bobi.
“Ayah sudah pernah
bilang padamu, Nuli. Kamar Bobi itu sangat berbahaya,” kata Ayah.
“Bisa-bisa kamu akan
berada di sana selamanya,” kata Ibu menambahkan.
“Tapi, makanan di sana
banyak, Ayah,” Nuli membela diri.
“Ayah tahu, karena Bobi
anak yang malas membersihkan kamarnya.”
“Kalau aku mencari
makanan dari kamar Bobi saja, akan cukup untuk persediaan dua hari ke depan,”
jelas Nuli.
“Apa kamu mau
tertangkap oleh Bobi?” Ibu menakuti Nuli.
Nuli menggeleng pelan.
“Mulai besok, kamu
nggak boleh mencari makanan di rumah Bobi lagi!” kata Ayah tegas. Nuli hanya
mengangguk pasrah.
Beberapa hari Nuli
hanya bermain di sekitar rumahnya saja. Berkali-kali dia mencoba mengintip
kamar Bobi. Dia melihat banyak sekali remahan makanan berserakan di atas meja
Bobi. Nuli hanya bisa menelan ludahnya melihat sisa makanan yang terbuang
percuma saat pembantu Bobi membersihkannya. Dan Nuli masih tak berani untuk
mengumpulkan makanan dari sana.
Hari ini, Nuli sengaja
keluar dari rumahnya. Dia ingin mencium aroma kue dari kamar Bobi. Perutnya
sudah sangat lapar. Ayah dan Ibu tidak pernah membawakan gula-gula seperti
dulu. Beberapa hari ini hanya sisa kue yang tidak manis rasanya.
“Nuli! Ingat pesan ayahmu!”
panggil Limu sahabatnya ketika melihat Nuli siap melangkahkan kakinya keluar
dari sarangnya.
“Sst! Jangan bilang ke
Ayahku, ya,” pinta Nuli.
Limu hanya
menggelengkan kepalanya. “Berbahaya, Nuli!”
“Tenang saja! Aku akan
membawakan gula-gula manis untukmu!”
Dengan mengendap-endap
Nuli menghampiri kaki meja belajar Bobi.
Satu remahan kecil kue
dengan balutan gula dimakan oleh Nuli. Dia tak ingin menyimpannya di rumah.
Takut ayah akan menanyakannya. Tidak hanya remahan kue, ada juga sisa permen
yang tergeletak di bawah. Nuli sangat senang sekali. Tak lupa dia mengangkat
satu remahan kecil untuk Limu.
“Kamu lihat, kan? Aku
tidak tertangkap. Sesekali kamu bisa ikut, Limu,” kata Nuli dengan bangganya.
“Kalau ada Bobi
bagaimana?” tanya Limu khawatir.
“Bobi tidak pernah
masuk kamarnya ketika siang hari. Paling hanya pembantunya yang sesekali masuk
kamar dan membesihkannya. Kita bisa bersembunyi jika salah satu dari mereka
datang,” jelas Nuli.
Beberapa hari ini Nuli
memang mengamati kehadiran pembantu Bobi atau Bobi sendiri saat siang hari.
Hampir jarang keduanya berada dalam kamar.
Seperti siang ini, Nuli
mengajak Limu ke kamar Bobi. Mereka hanya melihat pembantu yang sedang menyapu
lantai kamar Bobi. Belum selesai menyapu, Bobi sudah memanggilnya hingga dibiarkan
saja sisa makanan masih berantakan. Nuli mendengar percakapan mereka.
“Mas Bobi, kalau habis
makan, tolong bungkus makanannya dibuang ya. Lihat tuh, lantainya kotor sekali.
Nanti bisa mengundang semut datang,” kata pembantunya Bobi.
“Ya, tinggal Bibi
bersihkan saja. Lagian semut juga nggak akan membawa sisa makanan semuanya.”
“Nah, kamu dengar kan,
Limu. Ayo, kita segera ambil makanan yang kita sukai!” ajak Nuli. Bergegas Nuli
dan Limu mengambil makanan dan membawanya ke sarang.
Lama-kelamaan Nuli
tidak hanya mengajak Limu, tapi dia juga mengajak temannya yang lain untuk
mengambil makanan dari kamar Bobi. Selama ini tindakan Nuli dan teman-temannya
aman. Bibi dan Bobi tidak menangkapnya. Ayah dan Ibu Nuli juga tidak tahu. Nuli
merasa senang sekali. Dia lebih kenyang dengan makanan yang berasal dari kamar
Bobi dibandingkan makanan yang dibawa oleh Ayah dan Ibu.
Namun, rupanya tidak
dengan hari ini. Nuli terjebak di kamar Bobi dan tidak bisa keluar. Ketika
hendak turun dari atas meja, Nuli mencium aroma serbuk kayu manis yang
disebarkan di sekeliling kaki meja. Akhirnya Nuli merasakan pusing dan tidak
bisa turun. Teman-temannya sudah terlebih dahulu keluar dari kamar Bobi.
“Tolong aku,” pelan
Nuli meminta tolong. Lama tidak ada yang menolong Nuli. Nuli mulai menangis.
Dia takut sekali.
“Ayah,” panggil Nuli
mulai terisak. Kepala Nuli makin pusing dengan aroma kayu manis. Nuli tak
sadarkan diri.
Saat terbangun, Nuli
melihat sekeliling. Ada Ayah dan Ibu juga teman-temannya tersenyum.
“Kamu sudah sadar, Nuli?
Syukurlah,” kata Ibu.
“Apa yang terjadi?”
tanya Nuli bingung.
“Kamu pingsan di atas
meja Bobi. Kami mencarimu ke mana-mana. Limu yang memberitahu Ayah kalau kamu
belum pulang dari kamar Bobi. Makanya Ayah menyusulmu lewat lubang lainnya. Dan
menggendongmu pulang,” jelas Ibu.
“Maafkan Nuli, Ibu.
Maafkan Nuli, Ayah,” sesal Nuli meminta maaf.
Ayah dan Ibu
mengangguk. “Yang penting tidak diulangi lagi, ya!”
Kali ini Nuli berjanji
dan akan menepatinya.
Tags:
Cerita Anak
16 komentar
Saya suka pesan dalam ceritanya, mba.
ReplyDeleteIya mbak na.
DeleteWah, Mbaaa...makin lancar jaya nulis cernaknya. Mengalir deras seperti aliran sungai. Mantap Mba.
ReplyDeletePadahal itu contoh cernak yang salah banget lho mbak
DeleteWaaah..bisa untuk dongeng anakku ntar malam mbak ElLisa ����
ReplyDeleteMonggo mbak. Ada lagi yang lainnya juga di blog ini
DeleteWah, jadi terinspirasi juga nulis cerpen di blog.
ReplyDeleteLha, blogku malah banyakan fiksi isinya mbak.
DeleteCeritanya keren. Pingin juga nulis cerita anak, tetapi harus belajar banyak dulu ni di DUNIALISA hehehe
ReplyDeleteAyo, mbak, bikin, buat dongeng ke anak-anak
DeleteBagus, mba Lisa. Mengalir ceritanya...
ReplyDeleteMakasih mbak
DeleteMbak Lisa emang mastah bener, keren banget ceritanya.
ReplyDeleteDuh mbak, itu contoh cernak yang salah pas saya buat
DeleteBagus banget. Nanti diceritain ah ma bocil. Makasih ya Mbak
ReplyDeleteMonggo mbak
Delete