Kita juga Pelaku Bullying
"Yah, Dede Fahmi botak," ledek seorang Emak kepada anak usia tiga tahun tetangganya.
"Botak ... botak ... botak," ledek anaknya juga yang usianya terpaut dua tahun.
Otomatis yang bernama Fahmi mulai menampakkan wajah sedih dan akan menangis.
"Dedek Fahmi ganteng kok, Tante, meskipun botak begini," hibur Mamanya Fahmi yang datang karena melihat anaknya menangis sambil memeluk Fahmi membawanya pergi.
"Oalah Mama Fahmi, namanya juga anak-anak, kalau diledek pasti juga nangis. Sudah biasa itu," seloroh Emak lainnya seolah membenarkan perbuatan Emak dan anak yang membuat Fahmi menangis.
Nah, siapa yang pernah seperti itu? Terdorong rasa gemas, lalu meledek, hingga rasanya bahagia jika berhasil membuat anak kecil menangis. Hati-hati, itu ciri kalau kita sudah melakukan bullying terhadap orang lain. Masa sih?
Bullying merupakan kata serapan bahasa inggris. Bully yang berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. Secara bahasa Indonesia bully diartikan sebagai tindakan penidasan, intimidasi. Dalam praktiknya bisa berupa menghina, mencaci dengan penekanan tertentu dan kesadaran penuh. Karena dilakukan dengan kondisi sadar, maka tindakan ini bisa dikategorikan sebagai kejahatan. Wow!
Menurut Rigby (2005; Dalan Austy, 2009) merumuskan bahwa bullying merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi dan menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langaunh oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang. (Retno Astuti, 2003:3)
Bullying terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Verbal
Bullying ini dilakukan dengan perkataan yang ditujukan kepada seseorang dengan tujuan untuk menghina, mengejek, mencaci, mencemooh, merendahkan, dan memalukan di depan umum. Ini adalah contoh bentuk bullying yang terkadang tidak disadari oleh pelakunya dan dianggap hal wajar oleh masyarakat umum.
2. Fisik
Nah, ini yang terlihat dengan jelas dampaknya. Hasil tindakan bullying jenis fisik akan menimbulkan luka pada tubuh. Memukul, melakukan kekerasan fisik adalah bentuk tindakan bullying jenis fisik.
3. Psikologis/Mental
Mencibir, mengucilkan, mendiamkan, memandang penuh ancaman, meneror, menakuti, adalah contoh bentuk tindakan bullying jenis psikologis.
Dari ketiga jenis bullying di atas, jenis verbal tanpa kita sadari pernah kita lakukan. Dan menganggap hal itu bukan bagian dari bullying. Seperti ilustrasi yang disajikan di awal tadi.
Kita gencar menolak bullying, tapi tanpa kita sadari pernah melakukan dengan senang hati. Apalagi jika orang terdekat menganggap itu hanya bercanda. Hati-hati, kita sudah menjadi pelaku bullying tanpa kita sadari. STOP dari sekarang sebelum itu menjadi kegiatan yang akan ditiru oleh anak kita. Mari kita mulai dari keluarga, orang terdekat, dan sejak saat ini. Save our children!
Tags:
Parenting
1 komentar
Tulisannya selalu segar. Dan ada ilmu khususnya ilmu parenting. Semangat nulis terus mba
ReplyDelete