Batu Kebahagiaan Kerajaan Alegria
www.reinfhatiha.com |
Kerajaan
Alegria sedang berduka. Tadi malam Kerajaan Alegria telah kehilangan sebuah
batu permata, yaitu batu kebahagiaan. Batu kebahagiaan merupakan simbol kebahagiaan
dari Kerajaan Alegria. Ketika batu tersebut hilang dari ruangannya, maka seluruh
penghuni kerajaan dan penduduk yang tinggal di wilayah tersebut tidak mampu
tersenyum.
Pagi ini, di balai kerajaan telah
berkumpul Raja Abayomi, Ratu Latisha, Patih Rado dan penasehat kerajaan bernama
Vidor. Raja Abayomi sengaja tidak memanggil seluruh petinggi kerajaan, hanya orang
kepercayaannya saja.
Raja Abayomi terlihat bersedih,
wajahnya tidak menampilkan senyum sedikit pun. Begitu juga yang hadir dalam
balai kerajaan tersebut.
“Penasehat Vidor, kira-kira siapa
yang sudah mengambil permata kebahagiaan milik kerajaan,” kata Raja Abayomi
kepada Vindor dengan suara pelan.
Vidor termenung, berpikir beberapa
saat sebelum berbicara, “Pada saat kami melakukan penyelidikan ke dalam
ruangan, kami menemukan ini, Baginda,” kata Vidor menunjukkan sebuah tongkat.
Raja Abayomi tertegun begitu melihat
tongkat yang diperlihatkan oleh Vidor. Dia begitu mengenal siapa pemilik
tongkat tersebut.
“Kamu tidak salah, Vidor?” ulang
raja Abayomi masih tak percaya. Vidor hanya mengangguk diikuti oleh Patih Rado.
“Hamba dan Vidor yang menemukannya,
Baginda,” tambah Patih Rado meyakinkan.
Raja Abayomi dan Ratu Latisha
termenung. Tidak mungkin rasanya pemilik tongkat ini melakukannya. Bahkan dia
yang mengatakan kepada seluruh kerajaan dan rakyat yang berada di bawah
kekuasaan kerajaan, tentang pentingnya batu tersebut. Kehilangan batu
kebahagiaan, berarti kehilangan senyum dari seluruh orang yang tinggal di
wilayah kerajaan Alegria.
“Hamba masih tidak percaya penemuan
tersebut, Raja,” suara Ratu Latisha membuyarkan lamunan Raja Abayomi.
“Mungkinkah kau melewatkan sesuatu
dari penyelidikan ini?” selidik Raja Abayomi.
Kedua orang kepercayaan Raja Abayomi
menggelengkan kepala dengan yakin. Raja Abayomi juga tidak mungkin meragukan
kerja dari orang kepercayaannya. Tidak mungkin mereka melakukan kesalahan.
“Baiklah, apa yang seharusnya kita
lakukan sekarang?” tanya Raja Abayomi akhirnya setelah terdiam beberapa saat.
“Kita perlu memanggilnya, Raja. Kita
harus menanyakan alasannya sebelum memberikan hukuman kepadanya,” kata Vindor.
“Panggil dia sekarang juga!” kata
Raja Abayomi memerintahkan kepada punggawa kerajaan untuk menjemput penyihir
Plavo.
Tak berapa lama, Plavo datang
menghadap Raja Abayomi.
“Sembah hormat saya kepada Raja dan
Ratu, semoga selalu dilimpahkan kebahagiaan,” kata Plavo dengan membungkukkan
badannya.
“Plavo, aku tidak akan basa-basi.
Tongkat ini apakah benar milikmu?” tanya raja Abayomi menunjukkan hasil temuan
dua orang kepercayaannya.
Wajah Plavo seketika terlihat pucat
pasi, “Da ... ri mana baginda mendapatkan tongkat saya?” ucap Plavo dengan
terbata.
“Jadi, benar kamu yang mengambil
batu kebahagiaan milik kerajaan ini?” Suara Raja Abayomi meninggi, menahan
marah. Plavo adalah penyihir kerajaan yang begitu dipercaya oleh kerajaan.
Plavo tak berani mengangkat
kepalanya. Dalam hati, dia ingin menolak tuduhan rajanya. Namun, melihat
tongkatnya dipegang oleh raja, nyali Plavo menciut.
“Hamba tidak melakukannya,” pelan Plavo
menjawab.
“Buktinya, tongkat milikmu ada di
dalam ruangan setelah batu itu hilang,” kata Vidor.
“Ta ... pi, hamba tidak mencurinya,”
Plavo masih menyanggah tuduhan.
“Lalu, apakah tongkatmu berjalan
sendiri ke dalam ruangan dan menghilangkan batu kebahagiaan?” tanya Rado.
“Aku tidak akan menghukummu, Plavo.
Asalkan kembalikan batu kebahagiaan kerajaan,” kata Raja Abayomi.
“Hamba tidak mengambilnya, Paduka,”
jawab Plavo makin gemetar mendengar suara Raja Abayomi yang makin tinggi.
“Kurung Plavo dalam penjara!”
perintah Raja Abayomi kepada dua punggawa yang sudah bersiap. Plavo memberontak
ketika tubuhnya ditarik menuju penjara kerajaan.
***
Di taman kerajaan, terlihat Raja
Abayomi dan Ratu Latisha duduk menghadap kolam ikan. Raja masih bersedih, batu
kebahagiaan belum juga kembali. Plavo tetap mengatakan dia tidak mengambilnya.
Senyum kebahagiaan sudah sirna dari kerajaan Alegria.
“Ayahanda, saya ingin mengakui satu
hal,” kata Aldo, pangeran kerajaan yang merupakan putra Raja Abayomi. Aldo
berjalan dengan tergesa menghadap kedua oranng tuanya di taman kerajaan.
“Apa yang ingin kamu katakan, Nak?”
tanya Ratu Latisha.
Aldo mengambil napas sebelum
menjawab, “Hamba lah yang telah mengambil batu kebahagiaan.”
Jawaban putra mahkota tentu saja
mengagetkan raja dan ratu. Raja Abayomi langsung berdiri. “Apa maksudmu,
Anakku?”
“Hamba yang telah mengambilnya,
Ayah. Hamba ingin agar kerajaan ini
tetap tersenyum meskipun tanpa batu itu. Karena bahagia kerajaan dan rakyat
bukan terletak di batu kebahagiaan itu.” Jelas Aldo.
Raja masih terdiam. Aldo memandang
wajah kedua orang tuanya. “Kita bisa bahagia tanpa batu itu, Ayah. Karena
bahagia itu adanya di dalam hati kita.”
“Tapi anakku, sejak batu itu hilang,
kita tidak bisa tersenyum lagi,” ucap Ratu Latisha.
“Tidak, Ibu. Ibu tetap bisa
tersenyum, batu itu hanya simbol. Tersenyumlah, Ibu!”
Raja dan ratu mencoba saran
putranya. Tersenyum, menarik dua sudut bibir sedikit ke atas. Pangeran Aldo
lega melihat senyum raja dan ratu.
“Bebaskan Plavo! Dan umumkan kepada
seluruh rakyatku untuk selalu tersenyum. Ada atau tidak ada batu kebahagiaan.”
Kata Raja Abayomi.
Saat itu juga, Plavo dibebaskan.
Seluruh kerajaan kembali tersenyum meskipun batu kebahagiaan itu tidak lagi
ditempatkan dalam kerajaan.
#CeritaMisteri
#RepostCeritaAnak
Tags:
Cerpen
0 komentar