Naila dan Hawa bagian 1
“Ini punya
dedek!” teriak Hawa tepat di telinga kakaknya, Naila. Naila hanya mematung,
wajahnya menahan marah. Bibirnya mengerucut, dengan dua tangan siap merebut
kembali mainan yang dipegang adiknya. Tapi diurungkan, ia ingat pesan Umminya.
Ngalah sesekali
buat adek nggak papa ya, Kak, selalu begitu pesan Ummi. Tapi ini tidak hanya
sekali, keluhnya dalam hati.
Jadi percuma
jika ia bersikeras mengambil mainan tersebut, pasti akan berakhir kalimat pamungkas
dari Ummi. Lebih baik Naila diam dan menahannya.
“Trus Kakak
mainan apa?” tanya Naila setelah terdiam cukup lama. Melihat adiknya asyik
bermain dengan boneka barbie miliknya.
Hawa hanya
menggeleng dengan cuek. “Terserah Kakak!”
Naila mendengus
kesal. Dengan bersungut ia mengambil mainan puzle. Dibongkar, dipasang kembali,
dan berganti dengan puzle lainnya. Naila mulai melupakan rasa jengkelnya kepada
adiknya. Hawa melihat keasyikan kakaknya dengan ekor matanya.
“Kak Nai, mau
dong mainan kayak Kakak,” rengek Hawa.
Naila
mengangsurkan satu puzle berkeping sembilan. Puzle bergambar seekor ayam
berwarna kuning. Hawa menerima mainan barunya dengan senang. Ditinggalkan boneka
barbie yang tadi sempat direbutnya.
“Bisa nggak,
Dek?” tanya Naila melihat adiknya hanya memutar-mutar keping puzle.
Hawa menggeleng
dengan kesal. Dilemparkannya puzle gambar ayam ke tembok. Tidak hanya puzle
ayam, puzle yang sudah disusun Naila ikut menjadi korban kekesalan Hawa. Naila
hanya melihat adiknya dengan gemas.
“Kenapa
dilempar sih!” kata Naila dengan nada suara tinggi.
“Atuh susah!”
jawab Hawa tak kalah tinggi.
“Sabar dong
kalau mainan puzle!” sahut Naila lagi memunguti kepingan puzle miliknya. Hawa
sudah menangis dengan keras. Naila melirik jam dinding, ia harus segera
merapikan mainan.
“Apa-apa susah.
Malas belajar aja itu!” Sambil memasang kepingan puzle Naila menggerutu.
Sebentar lagi Ummi datang. Kalau melihat mainan masih berantakan, pasti akan
marah.
“Bantuin Kakak
ngrapiin!” Belum hilang rasa kesal Naila karena tingkah adiknya yang membuatnya
marah dua kali. Mengambil paksa boneka barbie miliknya dan melemparkan mainan
hingga berantakan.
Hawa masih
sesenggukan, “Bodo!”
“Bantuin Kakak,
bentar lagi Ummi pulang.”
Bukan membantu,
Hawa justru berlari meninggalkan kakaknya. Akhirnya Naila yang merapikan mainan
seorang diri.
“Nggak enak
jadi anak pertama. Nanti pasti disalahkan oleh Ummi,” gumam Naila sendiri
sambil memasukkan mainan ke dalam keranjang. Rasanya ingin nangis. Usia yang
berbeda tujuh tahun dengan Hawa, menuntutnya harus mandiri. Hawa memang baru
berusia empat tahun dan belum sekolah. Sedangkan dia sudah kelas lima SD.
Bersambung....
#RepostKisahAnakBaik
#OneDayOnePost
Tags:
Cerita Anak
0 komentar