Ketika di Titik Terendah part 1



Selasa, 4 Maret 2014    21.30

“Kak Rara, sudah malam. Ibu pulang ya. Kakak pasti bisa ulangan besok,” kataku menyudahi belajar dengannya.

Gadis manis kelas VIII di sebuah SMP Islam ini sedikit cemberut ketika aku ingin pulang. Mengingat dia merasa belum siap untuk ulangan esok hari. Dua mapel untuk ulangan besok. Nggak tanggung-tanggung, dua mapel tersebeut satu berhitung dan satu lagi hapalan.

“Harus yakin dong, kalau Kakak itu besok bisa menghitung!” kembali aku meyakinkan kemampuannya. Akhirnya dia mengangguk dan tersenyum kepadaku.

Segera kurapikan buku milikku dan miliknya. Membantunya membawa ke kamarnya dan memasukkan ke dalam lemarinya, menyiapkan buat besok. Kebetulan malam ini si kakak ingin belajar di musola, bukan di kamarnya. Nggak tega juga meninggalkannya sendiri. Meskipun ada si mbak yang suka membantu, pasti sudah tidur di kamarnya. Tadi mama dan papanya juga sudah pamit terlebih dahulu untuk masuk ke kamar.

Bergegas kupakai jaket kulit, membawa dagangan Tupper yang masih sisa. Melangkah keluar kamar dan membuka pintu depan sendiri. Kakak Rara masih ada dalam kamar. Katanya nanti menyusul. Toh saya masih akan membuka pintu pagar sebelum pergi.

Celingukan mataku mencari sepeda motor merah yang tadi kuparkir di sebelah honda jazz milik ortunya. Tidak ada! Kembali kuedarkan paandanganku, mungkin ada di sebelah sepeda motor milik mama kakak Rara. Nihil! Tetap tidak kutemukan sepeda motor itu. Ada rasa panik yang mulai menyergap. Ke mana si merah?

“Kakak, motor ibu kok nggak ada?” tanyaku mulai panik.

“Ah, Bu Lisa bercanda. Tadi Ibu naik motor nggak?” balas kakak Rara sambil tertawa melihatku panik.

“Beneran Kakak, motor Ibu nggak ada!”

“Dipinjam kali, Bu sama mamang,” sahut kakak Rara.

“Dipinjam gimana, wong kuncinya nih lho, masih ada di Ibu,” jawabku benar-benar panik. Bayangan buruk tentang kehilangan kendaraan mengacaukan kesadaranku.

Kakak Rara mencoba ikut mencari. Di dekat mobil dan sepeda motor. Tidak ada. Aku merasa lemas, tiba-tiba seperti kehilangan tenaga. Duduk bersimpuh di teras depan, tanganku memegang kunci si merah. Kedua mata mulai kurasakan panas. Kakak Rara, murid les private ku berlari menuju kamar orangtua nya. Menggedor pintu dengan keras, memaksa mama dan papanya untuk bangun.

“Mama ... Papa ...motor Bu Lisa hilang!” teriaknya langsung dibalas dengan pintu terbuka. Wajah kaget terlihat dari papanya. Berlari segera menuju depan.

“Tadi dimasukkan ke dalam tidak, Bu?” tanya papa kak Rara.

Aku hanya mengangguk lemah.

“Sebentar, Bu, saya telepon mamang dulu,” kata papanya meraih posel dan menelepon mamang kak Rara.

Tak sampai lima menit, mamang datang. Sedikit tergopoh-gopoh juga. “Tadi saya ke sini jam 19.15 sudah tidak melihat motor Bu Lisa. Saya agak heran juga. Ini kan jam ngajar bu Lisa, kok tumben nggak datang. Tapi pas saya lihat ada di musola, saya heran, tumben bu Lisa kok nggak nutup pintu pagar. Jadi pas saya masuk, pintu pagar dalam keadaan terbuka, Kang,” jelas mamang. 


Bersambung ...

#OneDayOnePost
#TantanganMakRai

Share:

1 komentar