Gara-gara Menguap itu Gratis
image by google |
“Nabi Muhammad ...” Bla bla bla penjelasan
berikutnya sudah tak begitu kuhiraukan. Kepala rasanya berat sekali. Mulutku
sudah berkali-kali menguap, menandakan penyakit kantuk ini sudah sangat akut.
Padahal masih terbilang pagi, belum terlalu siang. Tapi kenapa mataku enggan
diajak terbuka untuk satu pelajaran ini?
Kumis
ala Pak Raden menghias wajah pak Taslam, guru Pendidikan Agama Islam. Beliau
sudah panjang lebar dari tadi menjelaskan materi pelajaran. Karena kantuk sudah
menyerangku sejak beliau masuk kelas dan menjelaskan, lebih tepatnya seperti
mendongeng manakala sampai di telingaku, mataku inginnya terpejam. Aku tahu
persis peraturan dari guru PAI satu ini. Dilarang menguap di kelas selama jam
pelajaran berlangsung.
Aku
ingat minggu kemarin, Pak Taslam meminta temanku satu kelas yang kedapatan
menguap untuk keluar dan berlari mengelilingi lapangan basket. Duh, bisa malu
kalau sampai aku mendapatkan perlakuan seperti itu. Akan menurunkan pasaranku
bersekolah di SMPN 4 Nganjuk ini.
“Trikah,
kamu nggak ngantuk ya?” tanyaku setengah berbisik kepada Trikah, teman
sebangku. Dia hanya menjawab dengan gelengan kepala. Terlihat dari lirikan
matanya, Trikah ingin mengatakan agar aku menahan kantukku. Aku hanya nyengir
kuda.
Kubuka
buku tulis bagian belakang, iseng tanganku mengambil pensil dan mulai
mencoret-coret kertas di hadapanku untuk sekedar mengusir kantuk agar pergi.
Ternyata sedikit berhasil. Aku bisa berkonsentrasi kembali, walaupun hanya
beberapa menit. Lumayanlah, ada yang bisa masuk ke otakku. Coretanku sudah
penuh dengan wajah-wajah berkumis.
Wajahku
menghadap papan tulis, berusaha melebarkan lensa mata agar tetap terjaga.
Kutahan
kembali rasa kantuk dan keinginanku menguap. Kepalaku harus tegak, jika tak
ingin mendapat malu. Kupasang senyum manis agar kantukku menjauh. Dan ketika
aku memaksa untuk melek, suara itu mengagetkan seisi kelas.
“Hei,
kamu yang barusan menguap tidak ditutup! Sana keluar kelas, putar lapangan
basket tiga kali!” Nada suaranya menggelegar bagai petir membuat mataku yang
mulai meredup melek kembali. Duh, siapa yang disuruh lari lapangan? Tanya batinku
heran. Berani benar ia menguap tanpa ditutup, ketahuan pula. Mampus kamu,
siap-siap ngos-ngosan keliling lapangan basket. Hatiku masih saja berkata-kata,
kepalaku celingukan mencari sosok yang dimaksud oleh Pak Taslam.
“Malah
celingukan, iya, kamu yang celingukan. Lisa ya? Sana cuci muka dan keliling
lapangan!”
Ha
... !!! Satu kelas langsung menatap ke arahku dan tertawa meledek. Aku yang
masih belum merasa menguap, hanya cengengesan. “Aku nguap ya, Trik?”
Sambil
menahan tawa, Trikah mengangguk.
“O
...” mulutku menjawab sambil nyengir menahan malu.
“Cuci
muka!” Sambil tersenyum pak Taslam menyuruhku. Aku berdiri dari kursi,
melangkah keluar kelas, menggaruk kepala yang tidak gatal. Apes bener hari ini,
ketahuan ngantuk.
“Iya,
Pak, maaf,” kataku pelan.
Di
kamar mandi yang hanya berjarak beberapa meter dari kelasku, aku terkekeh
menyadari ketololan yang baru saja terjadi. Cuci muka sudah, tinggal olahraga
keliling lapangan. Bakal dilihat satu sekolah, duh, malu banget. Kututup wajahku
dengan kedua tanganku. Kok bisa terjadi sih, kenapa aku menguap dan ketahuan? Gerutuku
dalam hati.
Harus
berlari sebelum hukuman ditambah, putusku melangkah keluar kamar mandi bersiap
untuk menjalankan hukuman dari pak Taslam. Namun, baru saja kaki hendak melangkah
ke lapangan, bel istirahat berbunyi. Selamatlah jiwaku dari rasa malu karena
hukuman berlari keliling lapangan. Aku pun berbalik arah menuju kelas, menghadap
pak Taslam untuk mengatakan hukuman sudah tidak berlaku karena bel istirahat.
Slamet
... slamet ...
#OneDayOnePost
#TantangandariMbakDymar
#Kenanganputihbiru
Note:
Pak Taslam adalah guru agama isalam, terkenal dengan kumisnya dan galaknya
beliau untuk mendisiplinkan kami agar rajin mengikuti sholat jumat di sekolah. Bagi
yanng tidak ikut sholat jumat, akan mendapatkan hukuman dari beliau. Sayangnya beliau
sudah meninggal. Semoga beliau mendapat tempat yang indah di sisi Allah. Aamiin.
Tags:
Cerpen
2 komentar
Hmmm...ngantuk nggak sadar saking ngantuknya ya Mb...
ReplyDeleteIyo mbak... Isiiiin waktu itu
ReplyDelete