Cerita yang Berserak
febriyanikristianti.blogspot.com |
“Ceritalah,
agar kamu lega!” katamu dengan lembut, memberikan sedikit rongga dalam dadaku.
Napasku yang sudah memburu menahan kekesalan, berangsur menjadi normal. Bibirku
langsung membentuk sebaris lengkungan indah, itulah kamu, begitu mudah menaklukkan
emosi yang terkadang datang dengan tiba-tiba.
Tanganmu
menggenggam lembut tanganku, mengusap jemariku, “Ayo, ceritalah!”
Kutarik
napasku sebelum memulai merangkai kata.
“Aku
tuh merasa dia membayangi langkahku. Apa yang aku lakukan, dia juga ingin bisa
melakukannya. Padahal ketika dia mengikuti apa pun, aku tak pernah ingin
seperti dia. Aku masih mengukur sesuai nggak dengan kemampuanku. Bukan memaksakan.”
Aku berhenti sejenak, menunggu reaksimu. Kamu masih menatap wajahku tanpa
kedip, menanti lanjutan ceritaku.
“Aku
tahu dia memang bisa segalanya, dia punya ambisi dan satu hal, kemauan serta
kerja keras. Pasti dia akan belajar dengan cepat, karena dia bukan wanita yang
bodoh. Dia memang lebih pandai dariku, dan aku mengakuinya.” Kututup ceritaku
dengan menutup wajahku. Kamu membiarkan tanganku lepas dari genggaman.
Tangan
kananmu merengkuh kepalaku, membenamkan dalam dadamu yang bidang. Aku memang
tidak menangis, hanya semua perasaan kesal berkolaborasi dengan apik saat ini. Dan
kamu paling tahu apa yang harus dilakukan.
“Bukankah
kalian sahabat yang baik? Bahkan bisa menjadi tim yang hebat kan?”
Aku
mengangguk, kepalaku tertahan oleh tanganmu yang masih merengkuhku.
“Kamu
hanya takut tersaingi ya?” Tebakmu tepat, membuatku tersipu.
“Iya,
aku tak ingin dia sepertiku. Bukankah ada banyak hal yang bisa dia lakukan yang
berbeda denganku? Tidak harus sama kan?” Aku masih mencoba menjelaskan.
Kamu
tertawa, bukan meledekku, tepatnya kamu memang tahu sifat asliku. Dan aku
meninju lenganmu dengan pelan. Kamu menangkap tanganku, kembali menggenggamnya
dengan hangat.
“Semua
orang pasti memilliki iri, tak mau dikalahkan, nggak ingin punya saingan. Aku paham
itu. Tapi ingatlah, meskipun kalian melakukan hal yang sama, hasilnya pasti
akan berbeda. Fokuslah dengan usahamu, bukan usaha orang lain. Agar hasilnya
tidak menghianati proses. Yakinlah, bahwa kamu akan berbeda dengannya. Usah pedulikan
jika memang benar ia menjadi bayangmu. Yang penting, kamu tetap fokus pada
tujuanmu,” jelasmu dengan suara lembut, tanpa menggurui atau menceramahiku. Aku
senang dengan ucapanmu. Melegakan dan memberiku energi baru.
Mataku
berbinar menatapmu. Kubalas tatapan matanya yang selalu penuh cinta kepadaku, “Makasih
ya, selalu mengerti apa yang kurasakan. Makasih juga dengan nasehatnya. Aku lega
sekarang.”
Senyumku
dan senyummu membentuk satu kata penuh arti.
#OneDayOnePost
Tags:
Cerpen
1 komentar
Jadi bapeer....
ReplyDelete