Penyesalan Bunga Matahari
image: google |
‘Hei,
jangan sekali-kali kamu hinggap di bungaku yang cantik ini!” seru Bunga
Matahari dengan suara lantang ketika seekor lebah hendak hinggap.
Lebah
sejenak menghentikan kepakan sayapnya. Menatap Bunga Matahari dengan pandangan
heran. “Kenapa?”
Tegak
kepala Bunga Matahari menghadap Lebah. “Aku khawatir bungaku yang cantik akan
rusak oleh kakimu nantinya. Bilang juga kepada temanmu lainnya.”
Lebah
menatap penuh mengerti alasan Bunga Matahari. Meskipun hatinya sangat tertarik
untuk mengisap nektarnya, ia menahan diri. Bukankah masih banyak Bunga Matahari
lainnya yang akan dengan senang hati memberinya nektar?
Sejak
saat itu Bunga Matahari yang berdiri paling depan tak ada yang menyentuh. Baik
oleh lebah, kupu kupu, ataupun seekor capung. Awalnya hal tersebut tidak
menjadi berita yang besar. Tetapi semakin hari perilaku Bunga Matahari yang
menolak semua serangga untuk datang, menjadi perbincangan yang ramai.
Bunga
Matahari memalingkan wajahnya. Melengos menghadap ke arah lain. “Bungaku sedang
mekar dengan cantik. Kalau kalian datang dan menginjakkan kaki kalian, aku
khawatir bungakku yanng cantik ini akan rusak. Aku hanya ingin menjadi bunga
yang paling cantik di taman ini.” Begitu selalu alasan yang dikemukakan oleh
Bunga Matahari jika ada yang baru datang mendekat.
Semakin
hari Bunga Matahari yang bangga dengan kecantikannya merasakan hal aneh. Ketika
teman-temannya yang berada dalam satu taman berhasil memiliki biji untuk
penanaman berikutnya, ia tak menghasilkan apapun. Biji yang berhasil dihasilkan
olehnya hanya ada beberapa. Itupun tidak berisi.
Seekor
lebah mendekati Bunga Matahari tersebut. Melihat ada kesedihan dari wajahnya.
“Kenapa
kamu bersedih? Bukankah sudah tidak ada lagi hewan yang berani menyentuhmu?”
tanya lebah tanpa menapakkan kakinya di Bunga Matahari. Ia lebih suka hinggap
di tangkai bunga yanng lain, meskipun sedikit lebih jauh tempatnya.
Bunga
Matahari menatap wajah lebah yanng dahulu menjadi teman mainnya ketika bunganya
belum mekar indah. “Aku hanya menghasilkan biji sedikit. Itu pun kosong.”
Lebah
tersenyum. “Itu karena kamu tidak mengijinkan kami membantumu.”
“Maksudmu
membantuku apa?” tanya Bunga Matahari tak mengerti.
Lebah
terbang mendekat. “Kami para serangga membantu proses penyerbukanmu. Dengan kaki
kami yang hinggap di bungamu. Kaki kami membawa serbuk sari kalian. Agar mudah
bertemu dengan putik. Jadi kami tidak hanya mengambil nektarmu saja. Kami tahu
kok, cara balas budi.”
Penjelasan
Lebah membuat Bunga Matahari semakin tertunduk. Kesalahan besar sudah
dibuatnya. Dan ia tak bisa memperbaiki kembali. Kini mahkotanya sudah
berjatuhan. Tinggal rasa sedih dan penyesalan.
#OneDayOnePost
Tags:
Cerpen
9 komentar
ish... ish... sombong sekali bunga mataharinya..
ReplyDeleteishhh aku selalu suka lah cerita bunda el, jadi terkenang waktu masih muda ahahaha...
ReplyDeleteemang udah tua bang ian?
ReplyDeleteHahahaha.. Ya ampuun, bang Ian.
DeleteKeren Mb Lis...
ReplyDeleteMba lisa selalu kereeen
ReplyDeletejadi inget sama film lebah kartun dulu .. hehe
ReplyDeleteSetuju. Ini keren. Saya suka, suka, suka.
ReplyDeleteAh, kalau aku lebahnya, udah ....
ReplyDeleteheheee