Kehilangan Kembali
image:google |
“Kamu
mendengar apa yang tadi dibicarakan di pinggir hutan?” kata seekor burung yang
hinggap di tubuhku. Aku masih menunggu percakapan selanjutnya.
Sebelum
menjawab, kudenngar cicitnya. “Ya, sebentar lagi hutan ini akan ditebang. Bagaimana
dengan nasib kita?” kudengar suaranya mulai sedih.
“Apa
yang baru saja kalian dengarkan? Ceritakanlah kepadaku.” Kata seekor semut
merah keluar dari lubang.
Dua
ekor burung yang kebetulan hinggap menoleh. Sedikit terkejut. Dipikirnya percakapannya
dengan temannya tidak ada yanng mendengar. Mereka sepertinya hanya singgah
sebentar.
“Maafkan
kami. Mungkin kami salah mendengar.” Sahut salah satu burung yang berbulu
kuning.
“Yang
kami dengar bahwa hutan ini akan ditebang pohonnya. Seperti tempat tinggal kami
yang kini hanya berupa tanah tandus tanpa pohon.” Lanjutnya.
“Maksudmu,
semua pohon di hutan ini akan ditebang?” kembali semut mengulang pertanyaannya.
Kedua
burung mengangguk. Aku yanng mendengar menjadi sedih. Bercampur dengan marah. Sudah
banyak yang menjadi korban jika akku dan teman-temankku selalu berakhir tragis
di gergaji mesin. Mereka akan mengiris tubuh kami dengan sadis. Tanpa ampun
memotongnya menjadi pendek. Bergidik aku membayangkannya.
“Lalu
kapan mereka akan mulai menebang?” tanya semut.
“Tadi
aku mendengar besok pagi hutan ini akan dibabat habis.”
“Pohon
besar, apa yang bisa aku lakukan kalau memang benar orang di luar hutan akan
menebangmu juga?” pertanyaan semut dengan wajah cemas dan ketakutan.
Aku
hanya termenung. Semut sudah berpindah berkali-kali. Dari satu hutan ke hutan
lainnya. Rumahnya selalu menjadi korban orang-orang yang menebang pohon tanpa
peduli dengan hewan yang menetap di tempatku.
Kuambil
napas sebanyak yang aku bisa. “Pergilah dengan segera, sebelum tubuhkku ambruk.
Agar keluargamu bisa selamat dan mendapatkan tempat lebih cepat.”
Semut
mengangguk. Mengumpulkan semua keluarganya. Menyiapkan apa saja yang bisa
dibawa. Kesibukan mulai terlihat. Aku hanya mengamati saja. Tak terkecuali
laba-laba yang menempati dahanku paling rendah. Tanpa banyak bertanya, dia
bergegas mencari tempat baru.
Dengan
sedih kupandangi satu persatu sahabat yang biasanya selalu ada bersamaku. Berbincang
setiap hari. Sebentar lagi tubuhku juga akan tergolek oleh gergaji. Dahan-dahanku
akan terpotong oleh kapak-kapak pekerja yang tak kenal ampun. Bagaimana aku dan
temanku lainnya akan menjaga hutan dari longsor jika manusia masih senang
menebang kami?
#OneDayOnePost
Tags:
Cerpen
2 komentar
hikss, kejaaam, tidak bertanggung jawab, jahatt.
ReplyDeleteBoleh menebang, asalkan menanam pohon lagi.
ReplyDelete