Celito
Rumah
Paman Lato di atas pohon meranti. Pohon yang konon sudah berdiri sebelum ia
lahir. Bahkan usianya lebih tua dari usia Paman Lato. Dahannya yang besar tak
muat jika kedua tangan Celito memeluknya. Ia senang sekali bermain di dahan
rumah pamannya ini, bergantungan sambil menikmati madu yang berhasil Celito
dapatkan dari buruannya.
Hutan
di wilayah Borneo ini sebenarnya adalah konservasi. Tidak hanya Celito dan
keluarganya yang tinggal di sini. Ada pula buaya dan segerombolan monyet. Mereka
menempati lahan yang sama seperti keluarga Celito. Di tanah yang luas, dengan
pohon-pohon besar seperti Sengon, Meranti. Pohon yang besar dengan dahan yang
kokoh untuk tinggal para beruang madu seperti Celito.
Dengan
kukunya yang tajam pada bagian kaki depan, Celito bergegas memanjat pohon
meranti, rumah paman Lato. Terlihat oleh Celito Paman Lato sedang asyik
rebahan. Adik ayah yang satu ini jika sudah kenyang berburu madu, maka akan
tiduran saja dengan mata merem melek menikmati semilirnya angin yang menyusup dari
dahan pohon.
“Paman
Lato,” dengan suara lirih Celito membangunkan pamannya. Berjalan mendekat dan
duduk di dekat kakinya. Meletakkan madu yang diwadahi dalam batang kayu di
sebelah tubuh paman Lato.
Paman
Lato membuka matanya perlahan. Menatap pada suara yanng baru saja memanggilnya.
Keponakannya datang dengan membawa madu yang ia berikan tadi pagi. Terlihat wajah
Celito yang ketakutan.
“Ada
apa, Celito? Kenapa madunya kamu kembalikan?”
“Ayah
memintaku untuk melakukan sebuah pekerjaan agar aku pantas menerima madu dari
Paman.”
Paman
Lato menganggukkan kepalanya. “Baiklah, supaya madu itu bisa kamu bawa pulang
aku ingin kamu membersihkan rumah Paman dari ranting-ranting yang jatuh. Bisa?”
Celito
dengan semangat menganggukkan kepalanya. “Bisa, Paman!”
Dengan
segera Celito turun dari rumah paman Lato. Dengan cekatan diambilnya
ranting-ranting kecil yang berserakan di bawah rumah pamannya. Tidak butuh
waktu lama Celito mampu menyelesaikan pekerjaan yanng diberikan. Terbayang sudah
madu yang manis bisa ia nikmati setelah jerih payahnya membantu paman Lato. Dalam
hati Celito berjanji, akan selalu ingat pesan ayah untuk tidak menerima barang
jika belum melakukan apapun, karena itu sama halnya dengan korupsi.
#OneDayOnePost
#Sesaatsebelumseminarmulai
Tags:
Cerpen
5 komentar
Aahh ya ya... Bekerja lalu menikmati, baru terasa nikmat.
ReplyDeleteIh. Keren celito
ReplyDeletecelito tmennya chito ya k.. hehehe
ReplyDeleteTran Ran
Ahaha si kaka langsung teringat ma chitonya...
Deletekeren mbak ls, masih bersambung?
ReplyDelete