Diam yang (Bukan) Emas
Wajah dan hati ini masih kompak sepertinya. Sedih masih setia bermain di keduanya. Entah bermuara sampai kapan dan kemana. Kalau diijinkan ingin rasanya membungkus sedih ini dalam kardus. Kemudian akan kupaketkan melalui paket tercepat agar sampai di tempatmu. Nggak pakai nyasar segala. Supaya kamu, yang membuat sedih ini tahu dengan sejelas-jelasnya.
Kutekuk wajahku. Terbayang sudah hari-hari hampir 4 bulan ini. Sepi, nyaris adu kata-kata setiap ada kesempatan. Dan sekali lagi, kamu hanya diam. Tak sepatah kata pun menyanggahnya atau membenarkan. Betah dengan diam dan mengunci rapat-rapat kembali ke duniamu.
Wajah manis kembali berkelebat tersenyum. Wajah yang tak pernah bisa membuatku betah marah dengannya. Tapi kali ini sungguh terlalu. Ya, terlalu seperti lagu dangdut Roma Irama.
"Aku harus bagaimana to, De? Aku kirim wa, salah, aku nggak bales wa kamu, salah juga. Sepertinya setiap wa ku membuatmu makin jengkel padaku," jelasmu lewat wa terakhir sebelum semuanya berakhir dengan perang dingin. Aku yang membaca wa terakhir darimu jadi bingung.
"Mas jarang wa aku. Setiap WAku mas jadikan koran. Cuma diread. Perlu dibales, mas," gemas aku menjawabnya lewat wa juga.
"Kita sudah lama tak bertemu. Masa sih nggak bisa nyempetin bales wa ku. Bisa online setiap saat, tapi bales wa ku nggak bisa. Siapa yang nggak kesel, mas?" masih dengan nada kesel kulanjutkan.
Kembali sepi tanpa balasan wa. Kembali lagi tenggelam dalam dunia yang makin tak kumengerti. Kamu kenapa mas? Tak sedikitpun penjelasan darimu.
Berawal dari kesibukan di bulan Desember. Bergantian keluargamu jatuh sakit dan harus opname di rumah sakit. Kamu masih bercerita kepadaku waktu itu. Bersambung Januari. Sepertinya kondisi makin parah. Kamu mulai menghilang. Tak ada penjelasan. WA ku sama sekali tak berbalas. Hanya terkirim. Apakah masih sibuk dengan keluargamu? Kudengar kabar, kamu keluar dari pekerjaanmu. Kembali kamu simpan tanpa berbagi denganku. Aku semakin sedih.
Berharap Februari akan mengubahnya. Diammu berganti ceria. Ternyata tak juga berganti. Hanya permintaan maaf kamu sampaikan kepadaku. Kamu sedang kalut. Hanya butuh waktu sendiri. Aku ikut sedih. Kukirimkan selalu motivasi dan semangat. Menyakinkanmu ada aku di sini. Siap menjadi tempat ceritamu. Tetap membisu seperti bulan sebelumnya.
Maret sudah berganti. Sesekali WA mu menyapaku. Hanya menanyakan kabarku. Berharap aku sehat. Ketika kukabarkan aku sakit, aku tahu kau cemas. Rajin WAmu mampir. Sekedar mengingatkanku makan, minum obat, dan istirahat. Senang, tapi itu tak cukup lama. Ketika aku kembali sehat, dunia diammu menarikmu kembali. Dan aku tak bisa berbuat banyak. Aku tenggelam dalam kebisuanmu.
#OneDayOnePost
Tantangan Maret minggu ke-5
16 komentar
Menyenangkan perempuan sebenernya gampang. Di telp atau WA setiap hari itu aja udah senenge pol yo mba...hehe
ReplyDeleteiyooo, heheje
DeleteWah ada tokoh WA hehe
ReplyDeletehmm..keren mbak..tiba2 aku teringat seseorang yg diamnya terasa menginfeksi udara:')
ReplyDeleteayooo, siapa tuh?
DeleteIni sih diamnya Mas-Mas. :D
ReplyDeleteCie cieee ... iki mesti cah kae
ReplyDeletecah kae omahe kono,hahahaha
Deletehmm... jadi penasaran, cah sing endi mas heru? °__°
ReplyDeleteikutan nyimak... ceritanya cikgu aahh.. heehee... ^___^
ReplyDeletehehehehehe
Deletehehehehehe
DeleteIni curhat kah? Hahahahaha.
ReplyDeleteLah kok sehati sama mb Khofiyah hr INI.
ReplyDeleteSungguh terlalunya rhoma irama
Eh bukan mb Khofiyah tapi mb Kholifah
ReplyDeleteMirip
jadi baper dehh.. hehhe
ReplyDelete